(Kanker kolon, kanker pancreas, beberapa jenis kanker paru, kanker mammae dan lambung)
Penyebab kematian pada manusia disebabkan pertumbuhan mikroorganisme
parasit, protein asing, hingga kelainan genetik baik bawaan parental
maupun akibat mutasi dalam tubuh. Salah satu penyakit akibat mutasi
genetik adalah kanker dan merupakan salah satu penyakit penyebab
kematian terbesar di dunia. World Health Organisazion (WHO)
menyatakan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan penderita kanker di
dunia sebesar 6,25 juta orang dan pada tahun 2011, setidaknya ada 9 juta
orang meninggal akibat kanker. Di Indonesia, setiap tahunnya terdapat
100 penderita kanker baru dari setiap 100.000 penduduk. Penyakit kanker
saat ini menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah penyakit
jantung dan paru-paru. Berbagai macam pengobatan kanker telah
dikembangkan untuk menekan pertumbuhan sel mematikan ini, seperti
kemoterapi hingga pembedahan untuk mengangkat jaringan yang sel-selnya
termutasi. Pengangkatan sel dengan metode pembedahan memiliki
kemungkinan kecil bahkan tidak berhasil karena bisa jadi sel kanker ada
yang tertinggal dan dapat menginduksi sel-sel lain di sekitarnya
sehingga kanker kembali muncul. Kemoterapi masih menjadi pilihan
walaupun efek samping dari pengobatan ini cenderung menyakitkan bagi
tubuh penderita. Perkembangan ilmu pengetahuan akhirnya memunculkan
suatu alternatif penyembuhan kanker yang lebih menjanjikan yaitu
antibodi monoklonal.Sistem pertahanan tubuh manusia telah dilindungi oleh sistem imunologi dimana antibodi bertugas mengidentifikasi, membunuh dan mengurangi sel atau zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada tahun 1975, dua ahli Biologi yaitu Kohler dan Milstein menemukan bahwa salah antibodi yang dihasilkan limfosit dapat digabungkan dengan sel mieloma (malignan) yang merupakan sel kanker limfosit jenis B. Limfosit jenis B menghasilkan imunoglobulin abnormal bernama protein monoklonal. Sel tersebut dihasilkan di sumsum tulang belakang manusia dan hewan. Karakteristik khusus dari mieloma adalah kemampuannya untuk melakukan regenerasi sel secara cepat. Sedangkan limfosit memiliki kemampuan untuk menghasilkan antibodi yang spesifik, sehingga hanya menyerang antigen atau protein asing tertentu, sesuai dengan memori yang dimiliki oleh sel tersebut. Antigen memproses dan mengenali sel asing terjadi pada dua jalur utama yakni jalur MHC kelas I dan MHC kelas II. Antigen ditunjukkan oleh MHC kelas I yang mengaktifkan CD8+ sitotoxic T limfosit (CTLs) untuk membunuh sel yang terinfeksi, sedangkan MHC kelas II menyampaikan antigen untuk mengaktifkan CD4+ sebagai penunjang T limfosit untuk menjalankan fungsinya dalam mengkontrol produksi humoral, CTL sebagai perantara dan inflamasi respon dari sistem imun.
Mekanisme kerja antibodi dalam tubuh dimulai dengan diikatnya epitope (bagian antigen) oleh antibodi. Ikatan ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi yang berukuran besar dan akhirnya mengendap. Kompleks antigen-antibodi ini juga dapat dikenali oleh sel makrofag, yang akan mendegradasi kompleks ini. Selama ini antibodi yang sering digunakan dalam deteksi adalah poliklonal antibodi. Pada larutan antibodi ini terdapat bermacam-macam molekul antibodi. Satu molekul antibodi, biasanya mengenali satu macam epitope, sehingga larutan poliklonal antibodi mengenali lebih dari satu macam epitope (Hanly, et.al, 1995). Namun larutan poliklonal yang kurang spesifik tidak dapat digunakan sebagai alat deteksi. Ketidakspesifikan pada poliklonal antibodi dapat diatasi dengan menggunakan monoklonal antibodi, jenis antibodi perkembangan poliklonal antibodi. Larutan monoklonal antibodi, hanya mengandung satu macam molekul antibodi, sehingga larutan ini hanya mengenali satu macam antigen (Grimaldi dan French, 1995).
Pembuatan antibodi monoklonal merupakan tahapan penelitian yang terpanjang. Tahapan diawali dengan imunisasi pada mencit dengan antigen spesifik antigen onkofetal, yaitu Carcinoembryonic Antigen (CEA). CEA dapat ditemukan dalam darah penderita non-neoplastik seperti emfisema, colitis ulseratif, pankreatitis, peminum alkohol dan perokok. Antigen onkofetal lainnya yaitu AFP yang ditemukan dalam kadar tinggi dalam serum fetus normal, eritroblastoma testis dan hepatoma. Standarisasi kualitas Protein harus bebas dari kotaminasi sehingga harus dilakukan pemeriksaan kontaminasi dengan menggunakan darah dan apabila suspensi protein yang telah terkontaminasi, maka protein tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai antibodi monoklonal. Setelah didapatkan periode dengan respon antibodi yang tertinggi, dilakukan isolasi limfosit dari limfa mencit, dihitung dengan jumlah 108 sel. Sel mieloma dipilih dengan jumlah yang sama limfosit, dilakukan fusi sehingga didapatkan sel hibdridoma. Selanjutnya dilakukan seleksi hibridoma untuk memisahkan hibridoma dengan sel mioloma dan limfosit yang tidak berfusi. Prosedur ini dilakukan dengan media seleksi hipoxantin, aminopterin dan timidin (HAT), dalam hal ini sel hibridoma dan limfosit yang tidak berfusi akan mati. Selanjutnya ditambahkan feeder cells, dalam hal ini makrofag untuk mamfagosit sel-sel yang mati. Dilakukan prosedur kloning untuk mendapatkan satu klon hibridoma penghasil antibodi. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan 1 sel hibridoma dalam tiap sumuran. Identifikasi hibridoma penghasil antibodi monoklonal (producer) dan bukan penghasil, dilakukan analisis supernatan dari tiap sumuran dengan menggunakan ELISA, yaitu uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi (Zola, H., ELISA, 1988). Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor Kelompok non produser selanjutnya dibuang. Sehingga pada akhirnya didapatkan sumuran dengan hibridoma produser. Tahapan berikutnya adalah propagasi hibridoma produser yang dilakukan secara in vivo, yaitu dengan menyuntikkan klon hibridoma pada mencit secara intraperitoneal. Dalam 2 minggu, mencit akan mengalami ascites yang mengandung banyak antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal yang dihasilkan dipresipitasi dengan amonium sulfat jenuh dan dipurifikasi dengan teknik affinitas kromatografi. Pada akhir tahapan ini didapatkan suatu antibodi monoklonal dan klon sel hibridoma produser (Jurnal “ PENGEMBANGAN ANTIBODI MONOKLONAL TERHADAP ANTIGEN SPESIFIK oleh Netti Suharti, Andani Eka Putra”, 2013)
Antibodi alami dalam tubuh manusia tidak dapat menyerang sel kanker
karena tidak dapat mengenali sel-sel tersebut sebagai protein asing
(antigen). Sehingga, fungsi utama antibodi monoklonal adalah untuk
mengenali molekul khas yang terdapat pada permukaan sel kanker. Setelah
mengenali sel abnormal tersebut, antibodi monoklonal akan mengikat sel
kanker. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai cara kerja antibodi
monoklonal, berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan
antibodi monoklonal untuk mengatasi sel kanker.
- Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)
- Complement dependent cytotoxicity (CDC)
- Perubahan Transduksi Signal
- Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)
Sesuai dengan mekanisme kerjanya, terdapat dua jenis antibodi monoklonal yang dapat diberikan pada penderita kanker yaitu naked monoclonal antibodies
atau antibodi monoklonal murni. Penggunaan Antibodi dapat digunakan
tanpa dikombinasikan dengan obat lain atau material radioaktif. Jenis
yang kedua adalah conjugated monoclonal antibodies yaitu
antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan berbagai jenis obat,
toksin, dan materi-materi radioaktif. Antibodi monoklonal jenis ini ini
hanya berperan sebagai pengangkut yang akan mengantarkan
substansi-substansi obat, racun, dan materi radioaktif, menuju langsung
ke sel-sel kanker.
Pada masa kini, terapi kanker dengan antibodi monoklonal menjadi cara
yang dinilai paling efektif dalam memusnahkan sel kanker secara tuntas
dan tanpa efek samping. Keluhan dari pasien yang mendapatkan terapi ini
umumnya muncul akibat faktor lain yang digabungkan dengan antibodi
monoklonal seperti obat kimiawi atau partikel radioaktif. Sehingga angka
kematian yang tumbuh akibat Kanker dapat terisolir dengan pengobatan
antibodi monoklonal. (http://www.academia.edu/6774131/Penyembuhan_Kanker_dengan_Antibodi_Monoklonal.)
http://ario-wahyubudi-fst13.web.unair.ac.id/artikel_detail-107954-Tugas%20Akhir%20UAS-Mekanisme%20Antibodi%20Monoklonal%20dalam%20Melawan%20Sel%20Kanker%20%20%28Kanker%20kolon,%20kanker%20pancreas,%20beberapa%20jenis%20kanker%20paru,%20kanker%20mammae%20dan%20lambung%29.html