Sabtu, 07 November 2015

MENGUKUR KAPASITAS PERNAPASAN PARU-PARU




Haniyaturrohmah
Intan Anugrah R
Intan Ismawati
kelompok 16
T-Ipa.Bio.C/VI

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang uji pengukuran kapasitas pernapasan paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kapasitas pernapasan di dalam paru-paru dan untuk mengetahui kemampuan kapasitas paru-paru setelah beraktivitas maupun sebelum beraktivitas. Metode pengambilan data dengan cara menghembuskan nafas sekuat-kuatnya setelah terlebih dahulu mengisi atau menarik nafas secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya pada rancangan alat pengukur kapasitas paru-paru. Setelah kita melakukan aktivitas maka kondisi kapasitas paru-paru kita itu akan menurun dibandingkan dengan sebelum kita melakukan aktivitas.
Pendahuluan
Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan aktifitas seseorang juga dapat mempengaruhi kapasitas paru-paru. Seorang atlet dan pekerja bangunan atau kuli memiliki kapasitas paru-paru yang berbeda dibandingkan seorang pekerja kantoran. Seorang yang mempunyai penyakit paru-paru atau asma juga mempunyai kapasitas paru-paru yang berbeda dibandingkan dengan orang normal. Pada orang yang memiliki penyakit asma (emfisema), diameter saluran udara pada paru-parunya menyempit, sehingga aliran udara yang keluar masuk paru-paru menjadi berkurang. Hal tersebut mengakibatkan adanya penurunan kapasitas paru-parunya. (Gabriel, 1996). 
Kegiatan inspirasi dan ekspirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru pada pernapasan normal. Namun dalam keadaan ekstrim atau olah raga, siklus pernapasan memerlukan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume). Secara perhitungan matematis Kapasitas Total Paru-paru (KTP) dapat ditentukan dengan cara mengukur hiperventilasi maksimal dalam satu menit, atau dengan kata lain Kapasitas Vital (KV) ditambah Volume Residual (KR). Jadi nilai Kapasitas Total Paru-paru (KTP) = KV + VR. (Hernawati, 2008).
Saat keadaan normal volume paru-paru manusia mencapai 4500 cc, yang disebut sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Pada keadaan normal, kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam pernapasan hanya mengunakan 500 cc volume udara pernapasan atau disebut kapasitas tidal. Dari 500 cc udara pernapasan yang digunakan untuk alveolus hanya sebesar 350 cc saja, sisanya hanya mengisi saluran pernapasan. Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum. (Cameron, 1999).
Sewaktu menghirup udara (inspirasi) dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat rongga dada (diafragma) tertarik ke bawah. Berkurangnya tekanan di dalam paru-paru menyebabkan udara mengalir ke paru-paru. Hembusan napas keluar (ekspirasi) disebabkan mengkerutnya paru-paru dan diikuti rongga dada yang menyusut. (Aiello, 2008).
Metode Percobaan
            Pada percobaan ini menggunakan alat dan bahan berupa toples, 2 selang plastik ± 40 cm, gelas ukur 500 ml, air 1000 ml, wadah/baskom. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
a.       pada toples tersebut, pasanglah 2 selang plastik dengan ukuran yang berbeda, untuk tempat masuknya udara ke toples ukurannya pendek atau tidak menyentuh air, sedangkan untuk tempat keluarnya air ukurannya panjang atau menyentuh air di dalam toples.
b.      Letakkan toples dan isilah air sebanyak 1000 ml
c.       Siapkan wadah tempat keluarnya air dari stoples tersebut.
d.      Hiruplah napas dalam-dalam dan embuskan napas sekuat-kuatnya lewat mulut ke dalam stoples berskala melalui selang plastik.
e.       Amati beberapa volume air yang keluar dari stoples tersebut.
f.        Kemudian ukur berapa volume  air yang keluar dari stoples tersebut.
g.       Kemudian kita membandingkan antara kapasitas paru-paru sebelum dan setelah beraktivitas ( berlari ± 1 menit)
Hasil pengamatan
No
Nama
Jenis kelamin
Sebelum beraktivitas
Sesudah beraktivitas (berlari ±1 menit)
Waktu dan volume air yang dicapai
Waktu dan volume air yang dicapai
1
Ali
L
Volume air : 1086 ml
Waktu          : 37:26 s
Volume air : 616,6 ml
Waktu          : 26:61 s
2
Anto
L
Volume air : 663,3 ml
Waktu          : 21:62 s
Volume air : 650 ml
Waktu          : 20:47 s
3
Aisyah
P
Volume air : 873 ml
Waktu          : 27:62 s
Volume air : 733,3 ml
Waktu          : 27:98 s
Rata-rata waktu dan volume air yang dicapai dari keempat sampel tersebut.
Keadaan Biasa
Volume air : 857,65 ml
Waktu          : 27:8125 s
Setelah Beraktivitas (berlari ±1 menit)
Volume air : 687,325 ml
Waktu          : 25:0875 s

Pembahasan
Apabila seseorang beristirahat setelah melakukan aktivitas maka daya tahan kardorespirasinya meningkat lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan seseorang akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot terutama otot pernapasan meyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat istirahat. Ventilasi paru pada orang yang terlatih dan tidak terlatih relative sama besar, tetapi orangyang berlatih bernapas lebih lambat dan lebih dalam. Hal ini menyebabkan oksigen yangdiperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasi berkurang, sehingga dengan jumlahoksigen sama, otot yang terlatih akan lebih efektif kerjanya.
Setelah kita melihat penjelasan diatas ternyata kapasitas paru-paru manusia setelah beraktivitas lebih tinggi dibandingkan sebelum beraktivitas. Itu dikarenakan, perlakuan yang diberikan kelompok kami itu berbedah. Yang seharusnya setelah kita beraktivitas kitas harus beristirahat sejenak untuk menenangkan pernapasan kita. Setelah itu baru kemudian kita melakukan perlakuan. Tetapi yang terjadi pada kelompok kami yaitu setelah beraktivitas kita tidak beristirahat sejenak tetapi kita lansung melakukan perlakuan, akibatnya kapsitas paru-paru itu menjadi lebih rendah dikarenakan pergerakan udara pada paru-paru kita belum stabil sehingga data yang kita rangkum itu terjadi kejanggalan, dimana kapasitas paru-paru sebelum beraktivitas lebih tinggi dibanding kapasitas paru-paru setelah beraktivitas.
Kesimpulan
Kapasitas paru-paru manusia setelah beraktifitas lebih tinggi di bandingkan dengan kapasitas paru-paru manusia sebelum beraktifitas. Kapasitas paru-paru manusia setelah beraktivitas kemudian beristirahat lebih besar di bandingkan kapasitas paru-paru manusia setelah beraktivitas tanpa istirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar