Jumat, 06 November 2015

MAKALAH JURNAL FISIOLOGI HEWAN




Pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu : Yuyun Maryuningsih S.si.M.pd

 






Disusun Oleh:
Haniyaturrohmah
14121620639
Biologi C/VI

FAKULTAS TADRIS IPA-BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Infertilitas merupakan masalah yang dialami pria dan wanita diseluruh dunia. Infertilitas adalah pasangan yang menjalani hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan dan tidak terjadi kehamilan. Di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik pria maupun wanita sekitar 80% dari 400 juta pasangan. Kurniawan (2009) menyebutkan berdasarkan survey keseharan rumah tangga (1996) diperkirakan ± 3,5 juta pasangan (7 juta orang) mengalami infertil. Saat ini, para ahli memastikan angka infertil meningkat mencapai 15%-20% dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi infertilitas pasangan sangat bergantung keadaan local pada populasi yang diinvestigasi dan prosedur rujukan. Dahulu perhatian terfokus hanya pada pihak wanita saja sebagai penyebab ketidak suburan pasangan. Saat ini diketahui kelainan pada pria memberi kontribusi 30% dan 20% disebabkan kelainan kedua belah pihak. Analisis yang dilaporkan oleh beberapa klinik dalam dua dekade yang lalu menyebutkan penyebab infertilitas yang di sebabkan oleh faktor laki-laki (produksi sperma cacat, kesulitan inseminasi) 30%-40%, sedangkan oleh faktor wanita (ovulasi 5-25%, tuba atau uterus 15-25%, servik/imunologik 5%-10%, tidak dapat dijelaskan setelah investigasi 10%-25%).
Bahan penyedap yang sering di gunakan adalah Monosodium Glutamat (MSG). Monosodium Glutamat pertama kali di isolasi dalam bentuk kristal dari ganggang laut (Laminaria japonica) dan di indentifikasi sebagai asam amino asam glutamate yang dapat meningkatkan rasa lezat pada makanan. Monosodium Glutamate juga berpengaruh terhadap fertilitas hewan coba, baik jatan maupun betina. Pada jantan, MSG terbukti meginduksi penurunan berat prostate, berat testis, sekresi testosterone, folikel stimulating hormone (FSH), T4 bebas, populasi sel leydig dan sel hipofisis, kelenjar thyroid, kelenjar adrenale.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Monosodium Glutamat (Msg)?
2.      Apa metode yang digunakan dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)?
3.      Bagaimana hasil yang diperoleh dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)?
4.      Bagaimana Pengaruh Pemberian Msg terhadap Gangguan Spermatogenesis Mencit?
5.      Bagaimana Pengaruh Pemberian Msg terhadap Kadar Hormon Testosteron Mencit?
6.      Bagaimana Pengaruh Pemberian Msg terhadap Berat Testis Mencit?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Monosodium Glutamat (Msg)
2.      Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)
3.      Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)
4.      Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Msg terhadap Gangguan Spermatogenesis Mencit
5.      Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Msg terhadap Kadar Hormon Testosteron Mencit
6.      Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Msg terhadap Berat Testis Mencit











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Monosodium Glutamat (Msg)
Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium L-glutamic acid yang digunakan sebagai bahan penyedap makanan untuk merangsang selera. MSG adalah hasil dari purifikasi glutamat atau gabungan dari beberapa asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari proses hirolisa protein (hydrolized vegetable protein/HVP). Asam glutamat digolongkan pada asam amino non essensial karena tubuh manusia sendiri dapat menghasilkan asam glutamat. Asam Glutamat merupakan unsur pokok dari protein yang terdapat pada bermacam-macam sayuran, daging, ikan dan air susu ibu. Protein hewani mengandung 11-22% asam glutamat sedangkan protein nabati mengandung 40% glutamat. Pada protein hewani seperti keju, daging banyak mengandung asam glutamat yang terikat dengan protein lain. Sedangkan pada sayuran seperti tomat, kacang polong dan kentang banyak mengandung asam glutamat dalam bentuk bebas
MSG adalah zat adiktif yang di peroleh sebagai hasil akhir dari pengolahan tetes tebu (molasses tebu). Komponen utama MSG adalah garam Natrium dan asam Glutamat dengan perbandingan 1 : 3. Glutamat sebagai komponen terbesar dalam MSg merupakan jenis asam amino non essensial yang terkandung di dalam protein berbagai jenis makanan seperti daging, ayam, seafood, sayut-sayuran, dll.
Monosodium glutamat (MSG) berupa bubuk kristal berwarna putih sejak lama telah digunakan sebagai bahan tambahan pada berbagai jenis makanan di berbagai negara. Kandungan garam natrium asam glutamat pada MSG berfungsi sebagai penguat dan penyedap rasa bila ditambahkan terutama pada makanan yang mengandung protein. Glutamat adalah salah satu jenis asam amino penyusun protein dan merupakan komponen alami dalam setiap makhluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas. Semua makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, susu dan tanaman banyak mengandung glutamat. Glutamat yang masih terikat dengan asam amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa tetapi dalam bentuk bebas memiliki rasa gurih. Semakin tinggi kandungan glutamat bebas dalam suatu makanan, semakin kuat rasa gurihnya. Glutamat bebas dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga untuk memperkuat cita rasa perlu adanya tambahan


B.     Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian experimental, dengan rancangan penelitian postest only control group design yaitu rancangan yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol (Zainudin, 2000).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu pengukuran hasil hormon testosteron, pengukuran berat testis, dan pengukuran gangguan spermatozoid pada mencit jantan yaitu:
1.      Pengukuran hasil kadar hormon Testosteron dilakukan dengan menggunakan ELISA (Sistem Enzim Immunoassay).
Semua reagen harus dibiarkan dalam suhu kamar (18-25 °C) sebelum digunakan. Masukkan serum kedalam sumur 10 μl. Tambahkan 100 μl Conjugate Tambahkan 50 μl rabbit anti testosteron. Goyang-goyang selama 30 detik. Inkubasi pada suhu 37 °C selama 2 jam. Setelah diinkubasi buang larutan yang ada berada di Mikro Plate tadi kemudian cuci dengan Washing Solution dengan volume 300 μl dan shaker selama 3 menit, ulangi pencucian selama 5 kali, setelah selesai balikkan, tekan kuat dengan kertas penyerap untuk mengeringkan dengan tissue. Tambahkan 100 μl larutan TBM Substrate ke setiap Mikro Plate sesuai dengan urutan. Incubasi tabung selama 20 menit pada suhu kamar. Menghentikan reaksi dengan menambahkan 100 μl Stop Solution kedalam tiap Mikro Plate dengan lembut, campuran/ digoyang selama 30 detik. Inkubasi selama 15 menit. Kemudian masukkan Mikro Plate ke dalam Elisa Spectrophotometere.
2.      Pengukuran Berat Testis pada mencit Jantan
Pengambilan organ testis dilakukan dengan membuka kulit tubuh didaerah testis dengan posisi terlentang. Organ testis diambil dengan cara memotong bagian epididimis, testis dibersihkan dari jaringan ikat dan lemak serta pembungkusnyacKemudian testis ditimbang dengan timbangan elektronik kemudian dimasukan kedalam cairan fiksatif dan dilabelisasi
3.      Pengukuran Spermatogenesis pada Mencit Jantan
Tiga puluh dua ekor mencit jantan usia 12 minggu degan berat badan 25 – 30 g dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan MSG yang dilarutkan dalam aquades dengan dosis 0 mg MSG/g bb (K0, sebagai kontrol. hanya diberikan akuades) ; 1,5 mg MSG /g bb (P1 ) ; 3 mg MSG/g bb (P2) ; 4.5 mg MSG/g bb (P3). Perlakuan diberikan secara oral (gavage) sebanyak 0,2 ml/ekor dengan menggunakan spuit injeksi berkanul volume 1 ml setiap hari sekali selama 35 hari. Selama pemeliharaan makanan berupa pellet dan minuman disediakan secara ad libitum. Pada hari ke 36, dilakukanpembedahan dengan membunuh mencit secara dislokasileher. Testis diambil untuk pengamatan spermatogenesis. Sediaan mikroanatomi testis dibuat dengan menggunakan metode paraffin. Larutan fiksatif yang digunakaadalah buffer formalin. Pewarnaan dengan menggunakanHaematoxylin Ehrlich-Eosin.

C.    Hasil Percobaan
1.      Hasil Kadar Hormon Testosteron Mencit
Data kadar hormon testosteron terdistribusi normal (p>0.05) dengan rata-rata 3,373ng/ml dan standar deviasi ±1,997ng/ml. Kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk melihat adakah pengaruh pemberian monosodium glutamate terhadap kadar hormon testosteron. Hasil Uji ANOVA Kadar Hormon Testostero (ng/ml) mencit jantan (Rattus norvegicus) pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan setelah pemberian MSG menunjukkan adanya penurunan rata-rata kadar hormon testosteron pada kelompok yang diberi monosodium glutamate dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi monosodium glutamate (kontrol) pada tikus putih jantan (Rattus novergicus). Rata-rata kadar hormon testosteron pada kelompok kontrol adalah 5,888ng/ml, P1 4,534ng/ml, P2 3,707ng/ml, P3 2,116ng/ml dan P4 0,624ng/ml. Dari hasil uji ANOVA diperoleh p value sebesar 0.001 (p<0.05) yang berarti ada pengaruh pemberian monosodium glutamate terhadap penurunan kadar hormon testosteron.
2.      Hasil Berat Testis Mencit
Hasil Uji Normalitas Kolomogorov- Smirnov Berat Testis Mencit jantan (Rattus norvegicus) pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan setelah pemberian MSG menunjukkan bahwa data berat testis terdistribusi normal (p>0.05) dengan rata-rata 1,123g dan standar deviasi 0,227g. Kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk melihat adakah pengaruh pemberian monosodium glutamate terhadap berat testis. Hasil Uji ANOVA Berat Testis Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan setelah pemberian MSG adanya penurunan rata-rata berat testis pada kelompok yang diberi monosodium glutamate dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi monosodium glutamate (kontrol). Rata-rata berat testis pada kelompok kontrol 1,436g, P1 1,250g, P2 1,072g, P31,020g danP40,836g. Dari hasil uji ANOVA diperoleh p value sebesar 0.001 (p<0.05) yang menunjukkan ada pengaruh pemberian monosodium glutamate terhadap penurunan berat testis.
3.      Hasil Pengukuran Spermatogenesis
Hasil yang diperoleh yaitu terjadi penurunan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid 15 secara bermakna dan penurunan jumlah spermatogonia secara tidak bermakna pada tubulus seminiferus yang diberi perlakuan MSG secara oral dibandingkan dengan kontrol.
Gambar 1. Diagram batang jumlah spermatosit pakiten pada testis mencit (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah pemberian MSG selama 35 hari. K0 (kontrol) ; P1 (1,5 mg MSG/g bb) ; P2 (3 mg MSG/g bb) ; P3 (4.5 mg MSG/g bb).
Gambar 1
Gambar 2. Diagram batang jumlah spermatid pada testis mencit (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah pemberian MSG selama 35 hari. K0 (kontrol) ; P1 (1,5 mg MSG/g bb) ; P2 (3 mg MSG/g bb) ; P3 (4.5 mg MSG/g bb)

Gambar 2


KO
P1
                
Gambar 3
P3
P2
               

Gambar 3. Sayatan melintang tubulus seminiferus testis tingkat VII- VIII pada mencit setelah pemberian MSG. K0 = kelompok kontrol. P1 = kelompok perlakuan 1,5 mg/bb. P2 = kelompok perlakuan 3,0 mg/bb. P3. Kelompok perlakuan 4,5 mg/bb. 1. Membran basalis. 2 spermatogonia. 3.Spermatosit pakiten. 4. Spermatid bundar. 5. Spermatid 15. 6 lumen dan spermatozoa

D.    Pengaruh Pemberian Msg terhadap Gangguan Spermatogenesis Mencit
MSG menyebabkan terjadinya gangguan spermatogenesis dimana terjadi penurunan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid. Gangguan spermatogenesis dapat terjadi melalui 3 mekanisme bersifat antifertilitas yaitu ; pretestikuler, testikuler dan post testikuler. Mekanisme pretestikuler menghambat spermatogenesis melalui poros hipotalamus , hipofisis dan testis. LH yang menurun dalam serum akan mereduksi testosteron intratestikuler yang diikuti oleh penurunan FSH sehingga produksi sperma terhambat. Penelitian mengenai pemberian MSG sebanyak 4 mg/g bb pada tikus menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron plasma tetapi tidak menimbulkan perubahan morfologi tubulus seminiferus (Igwebuike et al., 2011). Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Das dan Ghosh (2010) pemberian MSG sebanyak 2 mg/bb pada tikus baru lahir menunjukkan adanya peningkatan jumlah spermatosit pakiten secara bermakna, sel Leydig lebih besar, dan diameter tubulus seminiferus mengecil dibandingkan kontrol. Pemberian MSG sebanyak 4 mg/bb pada mencit menyebabkan penurunan jumlah sel Leydig tetapi tidak menyebabkan penurunan jumlah spermatozoa (Siregar,2009)
Berdasarkan hal tersebut, penurunan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid 15 pada penelitian MSG menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan stress oksidatif serta peroksidasi lipid pada testis. Hal ini menimbulkan kerusakan sel sel spermatogenik pada tubulus Seminiferus. Sel spermatogenik yang rusak akan difagositasi oleh sel sertoli dan menyebabkan penurunan jumlah spermatid 15 dan spermatosit pakiten. Diketahui juga Spermatosit sangat sensitif terhadap pengaruh luar dan cenderung mengalami kerusakan pada tahap pakiten (Johnson and Everitt, 1990).

E.     Pengaruh Pemberian Msg terhadap Kadar Hormon Testosteron Mencit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar hormon testosteron setelah dilakukan pemberian Monosodium Glutamat dengan beberapa tingkat dosis pada mencit jantan (Rattus norvegicus). Terjadinya penurunan kadar hormon testosteron karena MSG yang berlehihan akan menyebabkan kerusakan nukleus arkuata dan nukleus ventromedial di hipotalamus sehingga mengakibatkan penurunan sekresi GnRH (Gonadotropin Relising Hormon) sehingga mempengaruhi hipofisis anterior dalam mensekresi hormon-hormon gonadotropin yaitu Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormon (LH) menjadi turu (Giovanbattista, 2003)
Pada tikus jantan FSH dan LH bekerja merangsang perkembangan testis. FSH bekerja untuk mempengaruhi tubulus dan sel sertoli, sel sertoli berfungsi dalam proses pembentukan ABP (Androgen Beinding Protein) yang fungsinya sebagai reseptor untuk mengikat testosteron bebas dalam darah untuk proses spermatogenesis. Sedangkan LH (leusinizing hormon) bekerja pada sel leydig untuk menghasilkan testosterone yang berfungsi untuk proses spermatogenesis (Shirwood, 2002)
Oleh karena itu akibat pemberian MSG yang berlebih pada tikus jantan (Rattus norvegicus) menyebabkan penurunan hormon testosterone sehingga akan penyebabkan infertilitas, karena hormone testosterone pada laki-laki sangan berperan dalam proses spermatogenesis.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Giovanbattista, 2003 dimana dapat diketahui bahwasanya MSG terbukti meginduksi penurunan berat prostate, berat testis, sekresi testosteron

F.     Pengaruh Pemberian Msg terhadap Berat Testis Mencit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat testis setelah dilakukan pemberian Monosodium Glutamat dengan beberapa tingkat dosis pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Penurunan berat testis pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) sebanding dengan besar dosis Monosodium Glutamat yang diberikan.
Penurunan rata-rata berat testis disebabkan karena MSG yang berlehihan akan menyebabkan kerusakan nukleus arkuata dan nukleus ventromedial di hipotalamus, sehingga mengakibatkan penurunan sekresi GnRH (Gonadotropin Relising Hormon) GnRH. akan mempengaruhi hipofisis anterior dalam mensekresi hormon-hormon gonadotropin yaitu folikel stimulating hormone (FSH) dan leutinizing hormon ( LH) menjadi turun (Giovanbattista, 2003)
Penurunan LH menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sel leydik terganggu, penurunan FSH dan testosteron juga menyebabkan proses spermatogenesis terganggu serta atropi sel-sel leydig sehingga berat testis akan menurun. Penurunan berat testis berhubungan dengan penyusutan tubuli seminiferi sebagai tempat utama proses spermatogenesis yang menghasilkan spermatozoa (Fritz,2003). Tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa testis yaitu 80% (Sherwood, 2001)


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      MSG dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis dengan menurunkan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid melalui mekanisme testikuler
2.      Ada pengaruh pemberian monosodium glutamat terhadap penurunan kadar hormon testosteron dan berat testis pada mencit jantan (Rattus norvegicus)
3.      Monosodium Glutamat secara signifikan dapat menurunkan kadar hormon testosteron pada mencit jantan (Rattus Norvegicus) dimulai dari dosis ke dua yaitu 54mg.
4.      Monosodium Glutamat secara signifikan dapat menurunkan berat testis pada tikus putih jantan (Rattus Norvegicus) dimulai dari dosis ke dua yaitu 54mg
5.      Terbentuk radikal bebas dan stress oksidatif pada testis yang mengakibatkan kerusakan sel spermatogenik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar