Pengaruh Monosodium
Glutamat (Msg) terhadap Hormon Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan
Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus
norvegicus)
Diajukan
untuk memenuhi salah satu Tugas Mandiri
Mata
Kuliah : Fisiologi Hewan
Dosen
Pengampu : Yuyun Maryuningsih S.si.M.pd
Disusun Oleh:
Haniyaturrohmah
14121620639
Biologi C/VI
FAKULTAS TADRIS
IPA-BIOLOGI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Infertilitas merupakan masalah yang dialami pria dan
wanita diseluruh dunia. Infertilitas adalah pasangan yang menjalani hubungan
seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan dan tidak terjadi
kehamilan. Di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus
infertil baik pria maupun wanita sekitar 80% dari 400 juta pasangan. Kurniawan
(2009) menyebutkan berdasarkan survey keseharan rumah tangga (1996)
diperkirakan ± 3,5 juta pasangan (7 juta orang) mengalami infertil. Saat ini,
para ahli memastikan angka infertil meningkat mencapai 15%-20% dari sekitar 50
juta pasangan di Indonesia.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi infertilitas
pasangan sangat bergantung keadaan local pada populasi yang diinvestigasi dan
prosedur rujukan. Dahulu perhatian terfokus hanya pada pihak wanita saja
sebagai penyebab ketidak suburan pasangan. Saat ini diketahui kelainan pada
pria memberi kontribusi 30% dan 20% disebabkan kelainan kedua belah pihak.
Analisis yang dilaporkan oleh beberapa klinik dalam dua dekade yang lalu
menyebutkan penyebab infertilitas yang di sebabkan oleh faktor laki-laki
(produksi sperma cacat, kesulitan inseminasi) 30%-40%, sedangkan oleh faktor
wanita (ovulasi 5-25%, tuba atau uterus 15-25%, servik/imunologik 5%-10%, tidak
dapat dijelaskan setelah investigasi 10%-25%).
Bahan penyedap yang sering di gunakan adalah Monosodium Glutamat (MSG). Monosodium Glutamat pertama
kali di isolasi dalam bentuk kristal dari ganggang laut (Laminaria japonica)
dan di indentifikasi sebagai asam amino asam glutamate yang dapat
meningkatkan rasa lezat pada makanan. Monosodium
Glutamate juga berpengaruh terhadap fertilitas hewan coba, baik
jatan maupun betina. Pada jantan, MSG terbukti meginduksi penurunan berat
prostate, berat testis, sekresi testosterone, folikel stimulating hormone
(FSH), T4 bebas, populasi sel leydig dan sel hipofisis, kelenjar thyroid, kelenjar
adrenale.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Monosodium Glutamat (Msg)?
2. Apa
metode yang digunakan dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon
Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)?
3. Bagaimana
hasil yang diperoleh dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon
Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)?
4. Bagaimana
Pengaruh Pemberian Msg terhadap Gangguan Spermatogenesis Mencit?
5. Bagaimana
Pengaruh Pemberian Msg terhadap Kadar Hormon Testosteron Mencit?
6. Bagaimana
Pengaruh Pemberian Msg terhadap Berat Testis Mencit?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Monosodium Glutamat (Msg)
2. Untuk
mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon
Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)
3. Untuk
mengetahui hasil yang diperoleh dalam penelitian pengaruh Monosodium Glutamat (Msg) terhadap Hormon
Testosteron, Berat Testis, dan Gangguan Spermatogenesis pada Mencit Jantan (Rattus norvegicus)
4. Untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Msg terhadap Gangguan Spermatogenesis Mencit
5. Untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Msg terhadap Kadar Hormon Testosteron Mencit
6. Untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Msg terhadap Berat Testis Mencit
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Monosodium
Glutamat (Msg)
Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium L-glutamic acid yang
digunakan sebagai bahan penyedap makanan untuk merangsang selera. MSG adalah
hasil dari purifikasi glutamat atau gabungan dari beberapa asam amino dengan
sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari proses hirolisa protein (hydrolized
vegetable protein/HVP). Asam glutamat digolongkan pada asam amino non
essensial karena tubuh manusia sendiri dapat menghasilkan asam glutamat. Asam
Glutamat merupakan unsur pokok dari protein yang terdapat pada bermacam-macam
sayuran, daging, ikan dan air susu ibu. Protein hewani mengandung 11-22% asam
glutamat sedangkan protein nabati mengandung 40% glutamat. Pada protein hewani
seperti keju, daging banyak mengandung asam glutamat yang terikat dengan
protein lain. Sedangkan pada sayuran seperti tomat, kacang polong dan kentang
banyak mengandung asam glutamat dalam bentuk bebas
MSG adalah zat adiktif yang di peroleh sebagai hasil akhir dari pengolahan
tetes tebu (molasses tebu). Komponen utama MSG adalah garam Natrium dan asam
Glutamat dengan perbandingan 1 : 3. Glutamat sebagai komponen terbesar dalam
MSg merupakan jenis asam amino non essensial yang terkandung di dalam protein
berbagai jenis makanan seperti daging, ayam, seafood, sayut-sayuran, dll.
Monosodium glutamat (MSG) berupa bubuk kristal
berwarna putih sejak lama telah digunakan sebagai bahan tambahan pada berbagai
jenis makanan di berbagai negara. Kandungan garam natrium asam glutamat pada
MSG berfungsi sebagai penguat dan penyedap rasa bila ditambahkan terutama pada
makanan yang mengandung protein. Glutamat adalah salah satu jenis asam amino
penyusun protein dan merupakan komponen alami dalam setiap makhluk hidup baik
dalam bentuk terikat maupun bebas. Semua makanan yang mengandung protein
seperti daging, ikan, susu dan tanaman banyak mengandung glutamat. Glutamat
yang masih terikat dengan asam amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa
tetapi dalam bentuk bebas memiliki rasa gurih. Semakin tinggi kandungan
glutamat bebas dalam suatu makanan, semakin kuat rasa gurihnya. Glutamat bebas
dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga untuk memperkuat cita rasa
perlu adanya tambahan
B.
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian experimental,
dengan rancangan penelitian postest only control group design yaitu rancangan yang digunakan
untuk mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara
membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol (Zainudin, 2000).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain yaitu pengukuran hasil hormon testosteron, pengukuran berat testis, dan
pengukuran gangguan spermatozoid pada mencit jantan yaitu:
1. Pengukuran
hasil kadar hormon Testosteron dilakukan dengan menggunakan ELISA (Sistem Enzim
Immunoassay).
Semua
reagen harus dibiarkan dalam suhu kamar (18-25 °C) sebelum digunakan. Masukkan
serum kedalam sumur 10 μl. Tambahkan 100 μl Conjugate Tambahkan 50 μl rabbit
anti testosteron. Goyang-goyang selama 30 detik. Inkubasi pada suhu 37 °C
selama 2 jam. Setelah diinkubasi buang larutan yang ada berada di Mikro Plate
tadi kemudian cuci dengan Washing Solution dengan volume 300 μl dan shaker
selama 3 menit, ulangi pencucian selama 5 kali, setelah selesai balikkan, tekan
kuat dengan kertas penyerap untuk mengeringkan dengan tissue. Tambahkan 100 μl
larutan TBM Substrate ke setiap Mikro Plate sesuai dengan urutan. Incubasi
tabung selama 20 menit pada suhu kamar. Menghentikan reaksi dengan menambahkan
100 μl Stop Solution kedalam tiap Mikro Plate dengan lembut, campuran/ digoyang
selama 30 detik. Inkubasi selama 15 menit. Kemudian masukkan Mikro Plate ke
dalam Elisa Spectrophotometere.
2.
Pengukuran
Berat Testis pada mencit Jantan
Pengambilan
organ testis dilakukan dengan membuka kulit tubuh didaerah testis dengan posisi
terlentang. Organ testis diambil dengan cara memotong bagian epididimis, testis
dibersihkan dari jaringan ikat dan lemak serta pembungkusnyacKemudian testis
ditimbang dengan timbangan elektronik kemudian dimasukan kedalam cairan
fiksatif dan dilabelisasi
3.
Pengukuran
Spermatogenesis pada Mencit Jantan
Tiga
puluh dua ekor mencit jantan usia 12 minggu degan berat badan 25 – 30 g
dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan MSG yang dilarutkan
dalam aquades dengan dosis 0 mg MSG/g bb (K0, sebagai kontrol. hanya diberikan
akuades) ; 1,5 mg MSG /g bb (P1 ) ; 3 mg MSG/g bb (P2) ; 4.5 mg MSG/g bb (P3).
Perlakuan diberikan secara oral (gavage) sebanyak 0,2 ml/ekor dengan
menggunakan spuit injeksi berkanul volume 1 ml setiap hari sekali selama 35
hari. Selama pemeliharaan makanan berupa pellet dan minuman disediakan secara ad
libitum. Pada hari ke 36, dilakukanpembedahan dengan membunuh mencit secara
dislokasileher. Testis diambil untuk pengamatan spermatogenesis. Sediaan
mikroanatomi testis dibuat dengan menggunakan metode paraffin. Larutan fiksatif
yang digunakaadalah buffer formalin. Pewarnaan dengan menggunakanHaematoxylin
Ehrlich-Eosin.
C.
Hasil
Percobaan
1.
Hasil
Kadar Hormon Testosteron Mencit
Data
kadar hormon testosteron terdistribusi normal (p>0.05) dengan
rata-rata 3,373ng/ml dan standar deviasi ±1,997ng/ml. Kemudian dilanjutkan
dengan uji ANOVA untuk melihat adakah pengaruh pemberian monosodium glutamate terhadap
kadar hormon testosteron. Hasil Uji ANOVA
Kadar Hormon Testostero (ng/ml) mencit jantan (Rattus norvegicus)
pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan setelah pemberian MSG menunjukkan
adanya penurunan rata-rata kadar hormon testosteron pada kelompok yang diberi monosodium glutamate dibandingkan
dengan kelompok yang tidak diberi monosodium
glutamate (kontrol) pada tikus putih jantan (Rattus
novergicus). Rata-rata kadar hormon testosteron pada kelompok kontrol
adalah 5,888ng/ml, P1 4,534ng/ml, P2 3,707ng/ml, P3 2,116ng/ml dan P4
0,624ng/ml. Dari hasil uji ANOVA diperoleh p value sebesar 0.001 (p<0.05) yang berarti ada
pengaruh pemberian monosodium
glutamate terhadap penurunan kadar hormon testosteron.
2.
Hasil
Berat Testis Mencit
Hasil Uji Normalitas Kolomogorov- Smirnov Berat
Testis Mencit jantan (Rattus norvegicus) pada Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan setelah pemberian MSG menunjukkan
bahwa data berat testis terdistribusi normal (p>0.05) dengan
rata-rata 1,123g dan standar deviasi 0,227g. Kemudian dilanjutkan dengan uji
ANOVA untuk melihat adakah pengaruh pemberian monosodium glutamate terhadap berat testis. Hasil Uji ANOVA Berat Testis Tikus
Putih Jantan (Rattus norvegicus) pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok
Perlakuan setelah pemberian MSG adanya penurunan rata-rata berat testis
pada kelompok yang diberi monosodium
glutamate dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi monosodium glutamate (kontrol).
Rata-rata berat testis pada kelompok kontrol 1,436g, P1 1,250g, P2 1,072g,
P31,020g danP40,836g. Dari hasil uji ANOVA diperoleh p value sebesar 0.001 (p<0.05)
yang menunjukkan ada pengaruh pemberian monosodium
glutamate terhadap penurunan berat testis.
3.
Hasil
Pengukuran Spermatogenesis
Hasil
yang diperoleh yaitu terjadi penurunan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid
15 secara bermakna dan penurunan jumlah spermatogonia secara tidak bermakna
pada tubulus seminiferus yang diberi perlakuan MSG secara oral dibandingkan
dengan kontrol.
Gambar 1.
Diagram batang jumlah spermatosit pakiten pada testis mencit (Mus musculus L.)
kelompok kontrol dan perlakuan setelah pemberian MSG selama 35 hari. K0
(kontrol) ; P1 (1,5 mg MSG/g bb) ; P2 (3 mg MSG/g bb) ; P3 (4.5 mg MSG/g bb).
Gambar 1
Gambar 2.
Diagram batang jumlah spermatid pada testis mencit (Mus musculus L.)
kelompok kontrol dan perlakuan setelah pemberian MSG selama 35 hari. K0
(kontrol) ; P1 (1,5 mg MSG/g bb) ; P2 (3 mg MSG/g bb) ; P3 (4.5 mg MSG/g bb)
Gambar
2
KO
|
P1
|
Gambar 3
|
P3
|
P2
|
Gambar 3.
Sayatan melintang tubulus seminiferus testis tingkat VII- VIII pada mencit
setelah pemberian MSG. K0 = kelompok kontrol. P1 = kelompok perlakuan 1,5
mg/bb. P2 = kelompok perlakuan 3,0 mg/bb. P3. Kelompok perlakuan 4,5 mg/bb. 1.
Membran basalis. 2 spermatogonia. 3.Spermatosit pakiten. 4. Spermatid bundar.
5. Spermatid 15. 6 lumen dan spermatozoa
D.
Pengaruh
Pemberian Msg terhadap Gangguan Spermatogenesis Mencit
MSG menyebabkan terjadinya gangguan spermatogenesis
dimana terjadi penurunan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid. Gangguan
spermatogenesis dapat terjadi melalui 3 mekanisme bersifat antifertilitas yaitu
; pretestikuler, testikuler dan post testikuler. Mekanisme pretestikuler
menghambat spermatogenesis melalui poros hipotalamus , hipofisis dan testis. LH
yang menurun dalam serum akan mereduksi testosteron intratestikuler yang
diikuti oleh penurunan FSH sehingga produksi sperma terhambat. Penelitian
mengenai pemberian MSG sebanyak 4 mg/g bb pada tikus menyebabkan penurunan
kadar hormon testosteron plasma tetapi tidak menimbulkan perubahan morfologi
tubulus seminiferus (Igwebuike et al., 2011). Tetapi penelitian yang
dilakukan oleh Das dan Ghosh (2010) pemberian MSG sebanyak 2 mg/bb pada tikus
baru lahir menunjukkan adanya peningkatan jumlah spermatosit pakiten secara
bermakna, sel Leydig lebih besar, dan diameter tubulus seminiferus mengecil
dibandingkan kontrol. Pemberian MSG sebanyak 4 mg/bb pada mencit menyebabkan
penurunan jumlah sel Leydig tetapi tidak menyebabkan penurunan jumlah
spermatozoa (Siregar,2009)
Berdasarkan hal tersebut, penurunan jumlah
spermatosit pakiten dan spermatid 15 pada penelitian MSG menyebabkan
terbentuknya radikal bebas dan stress oksidatif serta peroksidasi lipid pada
testis. Hal ini menimbulkan kerusakan sel sel spermatogenik pada tubulus
Seminiferus. Sel spermatogenik yang rusak akan difagositasi oleh sel sertoli
dan menyebabkan penurunan jumlah spermatid 15 dan spermatosit pakiten.
Diketahui juga Spermatosit sangat sensitif terhadap pengaruh luar dan cenderung
mengalami kerusakan pada tahap pakiten (Johnson and Everitt, 1990).
E.
Pengaruh
Pemberian Msg terhadap Kadar Hormon Testosteron Mencit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
kadar hormon testosteron setelah dilakukan pemberian Monosodium Glutamat dengan beberapa tingkat dosis pada
mencit jantan (Rattus norvegicus).
Terjadinya penurunan kadar hormon testosteron karena MSG yang berlehihan
akan menyebabkan kerusakan nukleus arkuata dan nukleus ventromedial di
hipotalamus sehingga mengakibatkan penurunan sekresi GnRH (Gonadotropin
Relising Hormon) sehingga mempengaruhi hipofisis anterior dalam mensekresi
hormon-hormon gonadotropin yaitu Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan
Leutinizing Hormon (LH) menjadi turu (Giovanbattista, 2003)
Pada tikus jantan FSH dan LH bekerja merangsang
perkembangan testis. FSH bekerja untuk mempengaruhi tubulus dan sel sertoli,
sel sertoli berfungsi dalam proses pembentukan ABP (Androgen Beinding Protein)
yang fungsinya sebagai reseptor untuk mengikat testosteron bebas dalam darah
untuk proses spermatogenesis. Sedangkan LH (leusinizing hormon) bekerja pada
sel leydig untuk menghasilkan testosterone yang berfungsi untuk proses
spermatogenesis (Shirwood, 2002)
Oleh karena itu akibat pemberian MSG yang berlebih
pada tikus jantan (Rattus norvegicus) menyebabkan penurunan hormon
testosterone sehingga akan penyebabkan infertilitas, karena hormone
testosterone pada laki-laki sangan berperan dalam proses spermatogenesis.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Giovanbattista, 2003 dimana dapat diketahui bahwasanya MSG terbukti meginduksi
penurunan berat prostate, berat testis, sekresi testosteron
F.
Pengaruh
Pemberian Msg terhadap Berat Testis Mencit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
berat testis setelah dilakukan pemberian Monosodium
Glutamat dengan beberapa tingkat dosis pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus). Penurunan berat testis pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) sebanding dengan besar dosis Monosodium Glutamat yang diberikan.
Penurunan rata-rata berat testis disebabkan karena
MSG yang berlehihan akan menyebabkan kerusakan nukleus arkuata dan nukleus
ventromedial di hipotalamus, sehingga mengakibatkan penurunan sekresi GnRH
(Gonadotropin Relising Hormon) GnRH. akan mempengaruhi hipofisis anterior dalam
mensekresi hormon-hormon gonadotropin yaitu folikel stimulating hormone (FSH)
dan leutinizing hormon ( LH) menjadi turun (Giovanbattista, 2003)
Penurunan LH menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan sel leydik terganggu, penurunan FSH dan testosteron juga
menyebabkan proses spermatogenesis terganggu serta atropi sel-sel leydig
sehingga berat testis akan menurun. Penurunan berat testis berhubungan dengan
penyusutan tubuli seminiferi sebagai tempat utama proses spermatogenesis yang menghasilkan
spermatozoa (Fritz,2003). Tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa
testis yaitu 80% (Sherwood, 2001)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. MSG
dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis dengan menurunkan jumlah spermatosit
pakiten dan spermatid melalui mekanisme testikuler
2. Ada
pengaruh pemberian monosodium glutamat terhadap penurunan kadar hormon
testosteron dan berat testis pada mencit jantan (Rattus norvegicus)
3. Monosodium Glutamat secara
signifikan dapat menurunkan kadar hormon testosteron pada mencit jantan (Rattus
Norvegicus) dimulai dari dosis ke dua yaitu 54mg.
4. Monosodium Glutamat secara
signifikan dapat menurunkan berat testis pada tikus putih jantan (Rattus
Norvegicus) dimulai dari dosis ke dua yaitu 54mg
5. Terbentuk
radikal bebas dan stress oksidatif pada testis yang mengakibatkan kerusakan sel
spermatogenik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar